1. Pengertian berita
Sesungguhnya berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa penulisan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri. Saya sendiri setuju dengan anggapan ini. Bagaimanapun, tidak ada seorang pun yang sanggup merekonstruksikan realitas sosial memiliki empat muka, maka yang sering diungkap para wartawan hanya dua muka.Hal ini diakui sendiri oleh Thoriq Hadad, wartawan eks Tempo. Dalam sebuah perbincangan dengan saya di Surabaya, 6 Agustus 1994. Thoriq Hadad mengatakan bahwa apa yang diungkapkan Tempo dalam pemberitaannya hanya sekitar 60% dari apa yang diketahui Tempo. Sudah begitu, pemerintah masih menganggap Tempo tidak bisa menahan diri.Lalu, bagaimana mendefinisikan berita? Untuk keperluan definisi berita, bisa saja dikutip pendapat Nancy Nasution, yakni: Laporan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi, yang ingin diketahui oleh umum, dengan sifat-sifat aktual, terjadi di lingkungan pembaca, mengenai tokoh terkemuka, akibat peristiwa tersebut berpengaruh terhadap pembaca (Dalam Basuki 1983:1).
Bisa juga dikutipkan pendapat W.J.S. Purwadarminta, yang mengatakan bahwa berita adalah laporan tentang satu kejadian yang terbaru (ibid). Kedua pengertian ini menimbulkan pendapat bahwa tidak semua yang tertulis dalam surat kabar atau majalah bisa disebut sebagai berita. Iklan dan resep masakan tidak bisa disebut berita. Yang disebut berita adalah laporan tentang sebuah peristiwa. Dengan perkataan lain, sebuah peristiwa tidak akan pernah menjadi berita bila peristiwa tersebut tidak dilaporkan.
2. Nilai-nilai berita
Tidak semua laporan tentang kejadian pantas dilaporkan kepada khalayak. Pertengkaran antara suami-istri orang kebanyakan tidak perlu dilaporkan kepada khalayak. Pekerjaan seorang dosen membimbing mahasiswa juga tidak perlu dilaporkan kepada khalayak. Mengapa? Di samping merupakan peristiwa rutin, kedua peristiwa tersebut juga tidak memiliki nilai berita.
Lalu, apa kriteria peristiwa yang patut dilaporkan kepada khalayak? Kriterianya hanya satu, yaitu peristiwa yang memiliki nilai berita. Nilai berita sendiri, menurut Julian Harriss, Kelly Leiter dan Stanley Johnson, mengandung delapan unsur, yaitu: konflik, kemajuan, penting, dekat, aktual, unik, manusiawi, dan berpengaruh (Harriss, Leiter dan Johnson 1981:29-33). Artinya, sebelum seseorang melaporkan sebuah peristiwa, ia perlu mengkonfirmasikannya dengan kriteria-kriteria tersebut.
Operasionalisasinya begini:
Konflik
Informasi yang menggambarkan pertentangan antar manusia, bangsa dan negara perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu khalayak mudah untuk mengambil sikap.
Kemajuan
Informasi tentang kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi senantiasa perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan demikian, khalayak mengetahui kemajuan peradapan menusia. Penting Informasi yang penting bagi khalayak dalam rangka menjalani kehidupan mereka sehari-hari perlu segera dilaporkan kepada khalayak.
Dekat
Informasi yang memiliki kedekatan emosi dan jarak geografis dengan khalayak perlu segera dilaporkan. Makin dekat satu lokasi peristiwa dengan tempat khalayak, informasinya akan makin disukai khalayak.
Aktual
Informasi tentang peristiwa yang unik, yang jarang terjadi perlu segera dilaporkan kepada khalayak. Banyak sekali peristiwa yang unik, misalnya mobil bermain sepak bola, perkawanan manusia dengan gorila, dan sebagainya.
Manusiawi
Informasi yang bisa menyentuh emosi khalayak, seperti yang bisa membuat menangis, terharu, tertawa, dan sebagainya, perlu dilaporkan kepada khalayak. Dengan begitu, khalayak akan bisa meningkatkan taraf kemanusiaannya.
Berpengaruh
Informasi mengenai peristiwa yang berpengaruh terhadap kehidupan orang banyak perlu dilaporkan kepada khalayak. Misalnya informasi tentang operasi pasar Bulog, informasi tentang banjir, dan sebagainya. Jumlah unsur nilai berita yang harus dipenuhi setiap peristiwa sebelum
dijadikan berita berbeda pada setiap penerbitan pers. Ada surat kabar yang menetapkan hanya lima unsur nilai berita. Tetapi, ada juga yang enam unsur. Yang jelas, makin banyak sebuah peritiwa memiliki unsur nilai berita, makin besar kemungkinan beritanya disiarkan oleh penerbitan pers.
3. Jenis-jenis berita
Kalau kita sepakat bahwa yang menjadi bahan dasar berita adalah realitas sosial dalam bentuk peristiwa, maka jelas peristiwa itu bermacam-macam. Da peristiwa orang berseminar. Ada pula peristiwa pembunuhan. Bahkan ada peristiwa pembatalan SIUPP. Untuk memudahkan penggolongan jenis-jenis berita berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, Maryono Basuki membagi berita berdasarkan: (1) sifat kejadian; (2) masalah yang dicakup; (3) lingkup pemberitaan; dan (4) sifat pemberitaan (Basuki 1983:5).
Operasionalisasinya begini:
Berdasarkan sifat kejadian.
Terdapat empat jenis berita, yaitu:
1. Berita yang sudah diduga akan terjadi.
Misalnya: wawancara seorang wartawan dengan Goenawan Mohamad yang tampil dalam sebuah seminar.
2. Berita tentang peristiwa yang terjadi mendadak sontak.
Misalnya: peristiwa kebakaran kantor sentral telepon.
3. Berita tentang peristiwa yang direncanakan akan terjadi.
Misalnya: peristiwa peringatan Hari Lingkungan Hidup setiap 5 Juni.
4. Berita tentang gabungan peristiwa terduga dan tidak terduga.
Misalnya: peristiwa percobaan pembunuhan kepala negara pada acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Berdasarkan masalah yang dicakup.
Masalah di sini biasanya merujuk kepada aspek kehidupan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Secara umum, terdapat empat aspek kehidupan manusia, yaitu: aspek sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan. Tetapi, seiring dengan perkembangan masyarakat, keempat aspek ini terasa tidak memadai lagi. Ia perlu dipecah lagi menjadi berbagai aspek. Karena itu, tidak ada salahnya menggolongkan jenis berita berdasarkan masalah yang dicakup menurut jumlah kementrian yang ada dalam Kabinet Pembangunan 6.
Atas dasar pemikiran ini, jenis-jenis berita tersebut menjadi: berita dalam negeri, berita luar negeri, berita hukum, berita sosial, berita pendidikan dan kebudayaan, berita pertanian, berita lingkungan hidup, berita perumahan, berita pemuda dan oleh raga, berita transmigrasi, berita kesehatan, berita ilmu pengetahuan, berita kopersi, berita pertanahan, berita penerangan, berita perindustrian, berita perbankan, berita perhubungan, berita perdagangan, berita kehutanan, berita agama, berita pertambangan, dan berita pangan.
Berdasarkan lingkup pemberitaan. Lingkup pemberitaan, biasanya,
dibagi menjadi empat bagian, yaitu lokal, regional, nasional, dan internasional. Sebuah berita disebut berlingkup lokal kalau peristiwa yang dilaporkannya terjadi di sebuah kabupaten dan akibatnya hanya dirasakan di daerah itu, atau paling-paling di kabupaten lain dalam propinsi yang sama. Sebuah berita disebut berlingkup nasional kalau pelaporan peristiwa yang terjadi di satu negara dapat dirasakan di negara lain.
Berdasarkan sifat pemberitaan. Sifat berita bisa dilihat dari isinya.
Ada isi berita yang memberitahu, mendidik, menghibur, memberikan contoh, mempengaruhi, dan sebagainya. Bisa saya sebuah berita mempunyai sifat lebih dari satu. Tetapi, sifat berita yang terutama adalah memberitahu.
4. Unsur-unsur berita
Secara umu, unsur-unsur berita yang selalu ada pada sebuah berita adalah: headline, deadline, lead, dan body (Basuki 1983:22-25).
Headline.
Biasa disebut judul. Sering juga dilengkapi dengan anak judul. Ia berguna untuk: (1) menolong pembaca agar segera mengetahui peristiwa yang akan diberitakan; (2) menonjolkan satu berita dengan dukungan teknik grafika.
Deadline.
Ada yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Ada pula yang terdiri atas nama media massa, tempat kejadian dan tanggal kejadian. Tujuannya adalah untuk menunjukkan tempat kejadian dan inisial media.
Lead.
Lazim disebut teras berita. Biasanya ditulis pada paragraph pertama sebuah berita. Ia merupakan unsur yang paling penting dari sebuah berita, yang menentukan apakah isi berita akan dibaca atau tidak. Ia merupakan sari pati sebuah berita, yang melukiskan seluruh berita secara singkat.
Body.
Atau tubuh berita. Isinya menceritakan peristiwa yang dilaporkan dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas. Dengan demikian body merupakan perkembangan berita.
5. Struktur berita
Struktur berita sangat ditentukan oleh format berita yang akan ditulis. Struktur berita langsung berbeda dengan beritaringan dan berita kisah. Tetapim, untuk berita langsung, menurut Bruce D. Itule dan Douglas A. Anderson, struktur yang lazim hanya satu, yaitu piramida terbalik (Itule dan Anderson 1987: 62-63).
Lead menunjukkan bagian permulaan berita yang paling penting.
Sedangkan piramida terbalik menunjukkan begian yang penting dari sebuah
berita pada bagian awal dan makin ke bawah makin kurang penting. Dengan
perkataan lain, seiring dengan menyempitkan piramida terbalik, berkurang
pula arti penting beritanya. Struktur seperti ini, di samping memudahkan
mengenali inti berita, juga memudahkan pemotongan bagian yang tidak
mungkin termuat.
(Sumber: Ditjen Pendidikan Tinggi Dep P dan K, 1978: 148)
Struktur (1) pada gambar memperlihatkan bahwa semua bagian berita sama pentingnya. Struktur ini sering menyertakan sub judul pada bagian body. Struktur(1) juga cocok untuk menyajikan berita secara kronologis.
Sedangkan struktur (2) memperlihatkan body, yang semakin ke bawah semakin berkurang bobotnya.
Struktur-struktur berita di atas bisa dipandang sebagai kerangka berita, yang akan diisi dengan fakta. Dalam mengisi kerangka berita, satu hal yang perlu diperhatikan adalah keterkaitan ide yang dikandung satu alinea dengan ide yang dikandung alinea berikutnya. Kalau keterkaitan itu tidak ada, maka ceritanya akan tersendat-sendat, tidak ?mengalir?. Pengalaman menunjukkan, hanya berita yang terasa ?mengalir? saja yang disenangi oleh khalayak. (sumber : http://aliefnews.wordpress.com/2008/01/11/konsep-dasar- berita/)
Baca Selengkapnya.....
Wellcome To Jurnal Manifesto
Selamat datang di Jurnal Manifesto PD IPM Kendal,
Buat temen-temen pembaca yang ingin menyumbang tulisanya di blog ini, bisa di kirim tulisan temen - temen semua ke alamat e-mail di sini :
pdkendal@ipm.or.id
mas_rama@ipm.or.id
fiore_6683@yahoo.com
Di tunggu tulisan dari temen - temen,,,,,,,,,,,
" Kita Genggam Dunia dengan menjadi Penulis "
Buat temen-temen pembaca yang ingin menyumbang tulisanya di blog ini, bisa di kirim tulisan temen - temen semua ke alamat e-mail di sini :
pdkendal@ipm.or.id
mas_rama@ipm.or.id
fiore_6683@yahoo.com
Di tunggu tulisan dari temen - temen,,,,,,,,,,,
" Kita Genggam Dunia dengan menjadi Penulis "
Link Faforute
Rabu, 12 November 2008
Sejarah Jurnalisme Indonesia
Pada awalnya, komunikasi antar manusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg.Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan jurnalisme sebagai alat perjuangan.Di era-era inilah Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode, Medan Prijaji, dan Java Bode terbit.
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers. Baca Selengkapnya.....
Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi jurnalisme. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak tahun 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.
Masa kekuasaan presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Indepen yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih, Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.
Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat BJ Habibie menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.
Kegiatan jurnalisme diatur dengan Undang-Undang Penyiaran dan Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan Dewan Pers. Baca Selengkapnya.....
MENULIS BERITA
Apa Itu Berita?
Berita adalah “suatu penuturan secara benar-benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar.” (William S Maulsby).
Berita juga diartikan sebagai kabar yang menarik dan unik, seperti “orang menggingit anjing, lebih menarik daripada anjing menggigit orang (Nothclife).
Berita juga diartikan sebagai kabar yang aktual dan hangat ( Chilton R Rush)
SYARAT BERITA
-Menarik
-Informatif
-Lengkap
Jenis Berita
-In Depth News
-News
-Hiburan
Sumber Berita
-Manusia
-Peristiwa
Kiat Menulis berita.
Yurnaldi dalam Kiat Praktis Jurnalistik mengatakan ada 5 syarat agar berita menjadi menarik:
• Menguasai bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa Jurnalistik.
• Kalimat hendaknya pendek-pendek, sederhana dan tidak ruwet.
• Berita hendaknya faktual (fakta-fakta) dan aktual
• Berita hendaknya objektif dan lengkap
• Menggunakan Unsur 5 W + I H.
WHO (Siapa) yang kita jadikan bahan berita
WHAT (apa) yang terjadi dengan dia atau peristiwa apa yang terjadi
WHERE ( di mana) peristiwa itu terjadi
WHEN (Kapan), peristiwa itu berlangsung
WHY (Mengapa) peristiwa itu terjadi
HOW ( bagaimana) jalannya peristiwa itu.
Contoh Berita :
Dominikus Borotama (11), bocah tidak sekolah, penggembala kerbau di Tikorambo, sumba Barat, Pulau Sumba, nusa Tenggara Timur, tewas ditembak seorang oknum polisi yang diduga mabuk di tempat rekreasi Waekelo Sawah, waikabubak, Jumat (22/4) petang. Kota Tikorambo sempat rusuh akibat amuk massa ke markas polisi. (Kompas/24/4)
Baca Selengkapnya.....
Berita adalah “suatu penuturan secara benar-benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar.” (William S Maulsby).
Berita juga diartikan sebagai kabar yang menarik dan unik, seperti “orang menggingit anjing, lebih menarik daripada anjing menggigit orang (Nothclife).
Berita juga diartikan sebagai kabar yang aktual dan hangat ( Chilton R Rush)
SYARAT BERITA
-Menarik
-Informatif
-Lengkap
Jenis Berita
-In Depth News
-News
-Hiburan
Sumber Berita
-Manusia
-Peristiwa
Kiat Menulis berita.
Yurnaldi dalam Kiat Praktis Jurnalistik mengatakan ada 5 syarat agar berita menjadi menarik:
• Menguasai bahasa. Bahasa yang dimaksud adalah bahasa Jurnalistik.
• Kalimat hendaknya pendek-pendek, sederhana dan tidak ruwet.
• Berita hendaknya faktual (fakta-fakta) dan aktual
• Berita hendaknya objektif dan lengkap
• Menggunakan Unsur 5 W + I H.
WHO (Siapa) yang kita jadikan bahan berita
WHAT (apa) yang terjadi dengan dia atau peristiwa apa yang terjadi
WHERE ( di mana) peristiwa itu terjadi
WHEN (Kapan), peristiwa itu berlangsung
WHY (Mengapa) peristiwa itu terjadi
HOW ( bagaimana) jalannya peristiwa itu.
Contoh Berita :
Dominikus Borotama (11), bocah tidak sekolah, penggembala kerbau di Tikorambo, sumba Barat, Pulau Sumba, nusa Tenggara Timur, tewas ditembak seorang oknum polisi yang diduga mabuk di tempat rekreasi Waekelo Sawah, waikabubak, Jumat (22/4) petang. Kota Tikorambo sempat rusuh akibat amuk massa ke markas polisi. (Kompas/24/4)
Baca Selengkapnya.....
Jurnalistik, Jagat Pendukung Perubahan
A. Pengertian Jurnalistik
Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebaluaskan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah, radio dan televisi, kepada massa sebanyak-banyaknya dalam waktu secepat-cepatnya.
B. Ruang Lingkup Proses Jurnalistik
1. Pengumpulan informasi
2. Penulisan informasi
3. Penyuntingan informasi
4. Penyebarluasan informasi
Pengumpulan informasi. Lazimnya petugas pengumpul, pewarta (reporter, wartawan atau jurnalis) lembaga atau industri media massa mengumpulkan informasi. Semua pelaku di jajaran redaksi (Pemimpin Umum hingga reporter muda) adalah wartawan yang wajib melakukan tugas-tugas jurnalistik: wawancara, pengamatan, atau riset.
Penulisan informasi. Dilakukan sesuai periode terbit atau jam-siar media. Bentuk penulisan informasi bisa berwujud: berita, artikel, feature, kolom, tajuk rencana, pojok, berita-analisis, wawancara, dokumenter (radio atau televisi).
Pada dasarnya, produk tulisan dikategorikan menjadi dua; fakta dan opini. Fakta adalah informasi tentang realitas empirik, yang digali dari berbagai sumber/ narasumber, kemudian diolah menjadi bentuk berita (straight news, soft news, feature). Sedangkan opini adalah pendapat pribadi wartawan atau lembaga media massa, yang berwujud: artikel, kolom, tajuk-rencana, dan pojok.
Penyuntingan (editing) informasi. Karya yang bagus perlu diolah dengan matang dan dilakukan pembenahan agar lebih cantik. Prasayarat karya jurnalistik layak-muat atau layak-siar ketika lengkap. Tulisan yang enak dibaca, fotonya pun bagus. Pembaca akan mudah memahami isi tulisan tersebut.
Penyebarluasan informasi. Produk informasi siap saji, harus segera disebarkan pada masyarakat, baik lewat media cetak (printed media), radio (audio media), dan televisi (audiovisual), dan telematika (telematic media). Kantor berita Indonesia seperti Antara, menerbitkan berita dua kali sehari; pagi dan sore. Koran terbit harian, majalah berita terbit mingguan, majalah terbit bulanan atau website, media cyber yang terbit setiap waktu. Beberapa detik setelah kejadin atau peristiwa itu muncul. Contohnya: detik.com.
C. Sejarah Jurnalistik
Istilah jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek. Seperti halnya dengan istilah bahasa Inggris journalis yang bersumber pada perkataan journal, ini merupakan terjemahan dari bahasa Latin diurna yang berarti “harian” atau “setiap hari”.
Menurut sebuah sumber (Harahap, dalam Mardjuki, 1984), tradisi jurnalistik dimulai pada tahun 600 Sebelum Masehi. Ketika itu di Peking, Tiongkok, diterbitkan surat kabar pertama King Pao. Terbit sekali seminggu dan isinya mengenai keputusan-keputusan Dewan Penasihat atau berita-berita mengenai keluarga raja.
Di Kekaisaran Romawi surat kabar pertama yang bernama Acta Diurna baru muncul pada tahun 59 Sebelum Masehi, yaitu pada zaman pemerintahan Julius Caesar. Waktu itu Caesar memerintahkan agar semua keputusan senat Romawi ditempelkan di ruang muka gedung senat. Tempelan keputusan itu disebut Acata Senatus.
Semua keputusan senat penting diketahui umum, sehingga Acta Senatus merupakan “surat kabar” resmi Banyak yang meruh perhatian pada Acta Senatus, khususnya tuan—tuan tanah. Mereka menggaji orang yang setiap hari kerjanya menyalin semua berita resmi dalam Acta Senatus. Tukang catat itu untuk memperdagangkan hasil salinan mereka atas berita-berita resmi. Salinan ini dijual pada tuan tanah yang tak memiliki sekretaris. Jualannya ini dinamakan Acta Diurna, dan pekerjanya disebut Acta Diurnarii. Dari sinilah berasal kata journal dalam bahasa Perancis.
Di Indonesia surat kabar pertama berbahasa Belanda beranama Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementes yang disingkat jadi Bataviasche Nouvellles. Terbit pertama kali pada 7 Agustus 1744 dan berakhir pada tanggal 20 Juni 1746 (Soedarjo Tjokrosisworo 1958:134). Surat kabar untuk bacaan penduduk, dengan bahasa rakyat, bahasa darah atau melayu terbit pertama kali di Surabaya, yaitu mingguan Bromartani, usaha suatu kongsi Belanda Harteveldt & Co. Bromartani bukan surat kabar Indonesia, bukan koran nasional. Surat kabar nasional yang pertama ialah harian Medanprijaji, terbit di Jakarta, 1910.
Dengan majunya teknologi yang begitu pesat yang menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik menjadi semakin luas karena tidak lagi mengelola laporan harian untuk sarana surat kabar, tetapi juga untuk sarana radio dan televisi; serta media terbaru adalah telematik, yang menggunakan (komunikasi) satelit.
D. Manfaat Jurnalistik
Sebagai kegiatan komunikasi massa, produk-produk jurnalistik yang disampaikan melalui berbagai media massa, memiliki manfaat bagi audiens-nya untuk:
1. mendidik (to educate)
2. menghibur (to entertain)
3. mempengaruhi (to influence)
4. menyampaikan kritik sosial (social control) Baca Selengkapnya.....
Jurnalistik adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebaluaskan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah, radio dan televisi, kepada massa sebanyak-banyaknya dalam waktu secepat-cepatnya.
B. Ruang Lingkup Proses Jurnalistik
1. Pengumpulan informasi
2. Penulisan informasi
3. Penyuntingan informasi
4. Penyebarluasan informasi
Pengumpulan informasi. Lazimnya petugas pengumpul, pewarta (reporter, wartawan atau jurnalis) lembaga atau industri media massa mengumpulkan informasi. Semua pelaku di jajaran redaksi (Pemimpin Umum hingga reporter muda) adalah wartawan yang wajib melakukan tugas-tugas jurnalistik: wawancara, pengamatan, atau riset.
Penulisan informasi. Dilakukan sesuai periode terbit atau jam-siar media. Bentuk penulisan informasi bisa berwujud: berita, artikel, feature, kolom, tajuk rencana, pojok, berita-analisis, wawancara, dokumenter (radio atau televisi).
Pada dasarnya, produk tulisan dikategorikan menjadi dua; fakta dan opini. Fakta adalah informasi tentang realitas empirik, yang digali dari berbagai sumber/ narasumber, kemudian diolah menjadi bentuk berita (straight news, soft news, feature). Sedangkan opini adalah pendapat pribadi wartawan atau lembaga media massa, yang berwujud: artikel, kolom, tajuk-rencana, dan pojok.
Penyuntingan (editing) informasi. Karya yang bagus perlu diolah dengan matang dan dilakukan pembenahan agar lebih cantik. Prasayarat karya jurnalistik layak-muat atau layak-siar ketika lengkap. Tulisan yang enak dibaca, fotonya pun bagus. Pembaca akan mudah memahami isi tulisan tersebut.
Penyebarluasan informasi. Produk informasi siap saji, harus segera disebarkan pada masyarakat, baik lewat media cetak (printed media), radio (audio media), dan televisi (audiovisual), dan telematika (telematic media). Kantor berita Indonesia seperti Antara, menerbitkan berita dua kali sehari; pagi dan sore. Koran terbit harian, majalah berita terbit mingguan, majalah terbit bulanan atau website, media cyber yang terbit setiap waktu. Beberapa detik setelah kejadin atau peristiwa itu muncul. Contohnya: detik.com.
C. Sejarah Jurnalistik
Istilah jurnalistik berasal dari bahasa Belanda journalistiek. Seperti halnya dengan istilah bahasa Inggris journalis yang bersumber pada perkataan journal, ini merupakan terjemahan dari bahasa Latin diurna yang berarti “harian” atau “setiap hari”.
Menurut sebuah sumber (Harahap, dalam Mardjuki, 1984), tradisi jurnalistik dimulai pada tahun 600 Sebelum Masehi. Ketika itu di Peking, Tiongkok, diterbitkan surat kabar pertama King Pao. Terbit sekali seminggu dan isinya mengenai keputusan-keputusan Dewan Penasihat atau berita-berita mengenai keluarga raja.
Di Kekaisaran Romawi surat kabar pertama yang bernama Acta Diurna baru muncul pada tahun 59 Sebelum Masehi, yaitu pada zaman pemerintahan Julius Caesar. Waktu itu Caesar memerintahkan agar semua keputusan senat Romawi ditempelkan di ruang muka gedung senat. Tempelan keputusan itu disebut Acata Senatus.
Semua keputusan senat penting diketahui umum, sehingga Acta Senatus merupakan “surat kabar” resmi Banyak yang meruh perhatian pada Acta Senatus, khususnya tuan—tuan tanah. Mereka menggaji orang yang setiap hari kerjanya menyalin semua berita resmi dalam Acta Senatus. Tukang catat itu untuk memperdagangkan hasil salinan mereka atas berita-berita resmi. Salinan ini dijual pada tuan tanah yang tak memiliki sekretaris. Jualannya ini dinamakan Acta Diurna, dan pekerjanya disebut Acta Diurnarii. Dari sinilah berasal kata journal dalam bahasa Perancis.
Di Indonesia surat kabar pertama berbahasa Belanda beranama Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementes yang disingkat jadi Bataviasche Nouvellles. Terbit pertama kali pada 7 Agustus 1744 dan berakhir pada tanggal 20 Juni 1746 (Soedarjo Tjokrosisworo 1958:134). Surat kabar untuk bacaan penduduk, dengan bahasa rakyat, bahasa darah atau melayu terbit pertama kali di Surabaya, yaitu mingguan Bromartani, usaha suatu kongsi Belanda Harteveldt & Co. Bromartani bukan surat kabar Indonesia, bukan koran nasional. Surat kabar nasional yang pertama ialah harian Medanprijaji, terbit di Jakarta, 1910.
Dengan majunya teknologi yang begitu pesat yang menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik menjadi semakin luas karena tidak lagi mengelola laporan harian untuk sarana surat kabar, tetapi juga untuk sarana radio dan televisi; serta media terbaru adalah telematik, yang menggunakan (komunikasi) satelit.
D. Manfaat Jurnalistik
Sebagai kegiatan komunikasi massa, produk-produk jurnalistik yang disampaikan melalui berbagai media massa, memiliki manfaat bagi audiens-nya untuk:
1. mendidik (to educate)
2. menghibur (to entertain)
3. mempengaruhi (to influence)
4. menyampaikan kritik sosial (social control) Baca Selengkapnya.....
Langganan:
Postingan (Atom)